MATERI
RESISTOR
1. Pengenalan Resistor
2. Membaca Kode Nilai Resistor
3. Rangkaian Resistor
2. Membaca Kode Nilai Resistor
3. Rangkaian Resistor
![]() |
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat
resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal
umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar
arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, yaitu bahan
material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar
menahan aliran elektron sehingga disebut sebagai isolator.
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang
selalu digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena bisa berfungsi
sebagai pengatur atau untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan resistor, arus
listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan namanya
resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan
resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω
(Omega).
Di dalam rangkaian elektronika, resistor dilambangkan dengan huruf "R". Dilihat dari bahannya, ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot).
Di dalam rangkaian elektronika, resistor dilambangkan dengan huruf "R". Dilihat dari bahannya, ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot).
Selain itu ada juga Resistor yang nilai
resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya LDR (Light Dependent Resistor) dan resistor yang nilai
resistansinya akan bertambah besar bila terkena suhu panas yang namanya PTC (Positive Thermal Coefficient) serta
resistor yang nilai resistansinya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas
yang namanya NTC (Negative Thermal
Coefficient).
Berdasarkan karakter penghambatannya resistor terbagi menjadi 3 :
a. Resistor tetap : Resistor yang nilai hambatannya tidak dapat diubah-ubah.
b. Resistor variabel : Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
c. Resistor variabel khusus : resistor yang nilai hambatannya dapat berubah sesuai dengan kondisi tertentu. Kondisi itu antara lain: perubahan intensitas cahaya, suhu, medan magnet dll.
a. Resistor tetap : Resistor yang nilai hambatannya tidak dapat diubah-ubah.
b. Resistor variabel : Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
c. Resistor variabel khusus : resistor yang nilai hambatannya dapat berubah sesuai dengan kondisi tertentu. Kondisi itu antara lain: perubahan intensitas cahaya, suhu, medan magnet dll.
Jenis
dari fixed resistor adalah :
Simbol Umum Resistor Tetap (Fixed) :

1. Resistor Kawat
Resistor Kawat adalah jenis resistor yang baru pertama kali di gunakan
pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa. Bentuk fisik
dari resistor ini bervariasi dan memiliki ukuran yang cukup besar.
Karena memiliki resistansi yang tinggi dan
tahan terhadap panas yang tinggi, resistor ini hanya dipergunakan dalam
rangkaian power. Sampai saat ini, jenis yang masih di pakai adalah jenis yang
memiliki lilitan kawat pada bahan keramik, kemudian di lapisi dengan bahan
semen.
2. Resistor Batang Karbon (Arang)

3._Resistor_Keramik

4. Resistor Film Karbon
Resistor ini merupakan hasil dari pengembangan
resistor batang karbon. Sejalan dengan perkemangan teknologi, telah
terbentuklah resistor yang dibuat dari karbon dan dilapisi dengan bahan film
yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansi sudah
tercantum dalam bentuk tabel kode warna. Karena memiliki nilai resistansi yang
tinggi dan juga bentuk fisiknya kecil, resistor ini juga banyak digunakan di
dalam berbagai rangkaian elektronika. Rating daya yang dimiliki resistor ini
adalah 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 25 Watt. Semakin besar Daya (Watt) pada resistor, maka semakin besar pula bentuk fisik dari resistor tersebut.
5. Resistor Film Metal

Resistor film metal banyak digunakan dalam
rangkaian elektronika yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, seperti alat
ukur.
6. SMD (Surface Mount Device)

7. SIP (Single In Package) Resistor

_____________________________________________________________________________________________
Variabel Resistor
Variable Resistor (Resistor Tidak Tetap) adalah jenis resistor yang memiliki nilai resistansi berubah-ubah secara langsung dengan cara memutar atupun menggeser tuas yang ada.
Jenis dari Variable Resistor adalah :
1.Potentiometer
1.Potentiometer
Gambar :


Potensiometer adalah jenis variable resistor yang nilai resistansinya dapat kita rubah dengan cara memutar porosnya melalui tuas yang sudah di sediakan. Pada umumnya, resistor ini terbuat dari kawat atau karbon dan paling banyak digunakan dalam rangkaian elektornika. Saat ini telah banyak potensiometer yang terbuat dari bahan karbon karena memiliki ukuran yang lebih kecil dan resistansi yang cukup besar. Perubahan nilai resistansi terbagi menjadi dua, yaitu linier dan logaritmatik. Untuk mengetahui apakah potensiometer tersebut linier atau logaritmatik dapat dilihat dari huruf yang tertera pada bagian belakang. Apabila tertera huruf “B” maka potensiometer tersebut bersifat logaritmatik, sedangkan jika tertera huruf “A” maka potensiometer tersebut bersifat linier.
2. Trimpot
Simbol :

Trimpot
atau biasa di sebut Tripotensiometer adalah resistor yang nilai resistansinya
dapat berubah. Sifat dan karakteristik trimpot tidak jauh berbeda dengan
potensiometer, hanya saja bentuk fisik trimpot lebih kecil dibandingkan dengan
potensiometer. Perubahan nilai resistansi tersebut juga dibagi menjadi 2, yaitu
linier dan logaritmatik. Untuk mengubah nilai resistansi dengan cara memutar
lubang tengah pada badan trimpot dengan menggunakan obeng.
3. Rheostat (Hambatan Geser)
Sebuah rheostat adalah resistor tidak tetap dua
terminal dan seringkali didesain untuk menangani arus dan tegangan yang tinggi.
Cara paling umum untuk mengubah-ubah resistansi dalam sebuah sirkuit adalah
dengan menggunakan resistor tidak tetap atau rheostat. Biasanya rheostat dibuat
dari kawat resistif yang dililitkan untuk membentuk koil toroid dengan penyapu
yang bergerak pada bagian atas toroid, menyentuh koil dari satu lilitan ke
lilitan selanjutnya. Potensiometer tiga terminal dapat digunakan sebagai
resistor tidak tetap dua terminal dengan tidak menggunakan terminal ketiga.
Seringkali terminal ketiga yang tidak digunakan disambungkan dengan terminal
penyapu untuk mengurangi fluktuasi resistansi yang disebabkan oleh kotoran.
4. NTC dan PTC
Simbol :


NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat berubah apabila terjadi perubahan temperatur di sekelilingnya. Nilai resistansi NTC sendiri akan naik apabila temperatur di sekelilingnya turun, Sedangkan nilai resistansi PTC akan naik jika jika temperatur di sekelilingnya naik. Kedua resiston ini paling sering digunakan sebagai sensor karena dapat mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya.
5. LDR
Gambar :


Simbol : 

LDR (Light Dependent Resistor) merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat berubah apabila terjadi perubahan intensitas cahaya di daerah sekelilingnya. Itu dapat terjadi karena intensitas cahaya yang besar dapat mendorong elektron untuk menembus batas-batas pada LDR. Dengan begitu, nilai resistansi akan naik jiga intensitas yang diterima sedikit. Sedangkana nilai resistansi dari LDR akan turun jika intensitas cahaya yang diterima banyak. Resistor LDR sendiri banyak digunakan sebagai sensor cahaya, khususnya pada lampu taman. Demikian penjelasan singkat mengenai Jenis-Jenis Resistor, semoga artikel yang barusan di sampaikan dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Pengertian Resistor, Fungsi Resistor dan Kode Warna Resistor.
6. VDR
Gambar : 

Simbol :



VDR adalah "Voltage Dependent Resistor" semikonduktor yang secara
prinsip sebagai penggabungan secara anti pararel dari hubungan seri PN
Junction. Ketika sebuah tegangan variabel DC disambungkan ke VDR (Voltage
Dependent Resistor) tanpa memperhatikan polaritas, arus mengalir menyebabkan
tegangan diseluruh PN Junction yang terhubung seri. Oleh karena itu, VDR
(Voltage Dependent Resistor) mempunyai tahanan tinggi saat tegangan rendah dan
bertahanan rendah saat tegangan tinggi. Gambar Simbol VDR (Voltage Dependent
Resistor).
Karakteristik VDR (Voltage Dependent
Resistor) disebut juga sebagai varistor yaitu suatu resistor dengan nilai
tahanan yang variabel non-linier tergantung dari nilai tegangan yang diberikan
pada VDR (Voltage Dependent Resistor) tersebut. Nilai resistansi VDR (Voltage Dependent Resistor) akan tinggi pada
saat tegangan yang diberikan pada VDR tersebut berada dibawah tegangan ambang
(treshold) dan resistansi akan turun dengan cepat pada saat tegangan yang
diberikan pada VDR tersebut melebihi nilai ambang (treshold). Gambar
Karakteristik VDR (Voltage Dependent Resistor)
Gambar Karakteristik VDR (Voltage Dependent
Resistor)

Dari karakteristik VDR (Voltage Dependent Resistor) di atas, dapat kita
ketahui bahwa dengan bertambah besarnya harga tegangan yang terdapat diujung
kedua VDR (Voltage Dependent Resistor), maka hambatan VDR (Voltage Dependent
Resistor) semakin menurun. Dalam praktek VDR (Voltage Dependent Resistor)
digunakan sebagai stabilisator tegangan, atau sebagai pengaman rangkaian
terhadap kelebihan tegangan.
2. Membaca Nilai Resistor
Kode Warna Resistor
Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm
biasanya digunakan kode-kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi
(tahanan) dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk seperti tabung dengan
dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin
kode warna, kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus mengukur
besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic
Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah

Warna
|
Gelang
ke-1
|
Gelang
ke-2
|
Gelang
ke-3
|
_
|
Pengali
|
Toleransi
|
Koefisien
Temperatur
|
|
|||||||
Hitam
|
0
|
0
|
0
|
|
0,01
(Perak)
|
±10
% (Perak)
|
|
Coklat
|
1
|
1
|
1
|
|
0,1
(Emas)
|
±5
%(Emas)
|
|
Merah
|
2
|
2
|
2
|
|
1
|
|
|
Orange
|
3
|
3
|
3
|
|
10 (Coklat)
|
±1 % (Coklat)
|
100 ppm (Coklat)
|
Kuning
|
4
|
4
|
4
|
|
100
|
±2 %
|
50ppm
|
Hijau
|
5
|
5
|
5
|
|
1k
|
|
15ppm
|
Biru
|
6
|
6
|
6
|
|
100k
|
±0,5
%
|
25ppm
|
Ungu
|
7
|
7
|
7
|
|
1M
|
±0,25%
|
|
Abu-abu
|
8
|
8
|
8
|
|
10M
|
±0,1 %
|
|
Putih
|
9
|
9
|
9
|
|
100M
|
±20
% (Tanpa Warna)
|
|
Tips Menghafal Nilai Kode Warna
Seperti penjelasan yang ada diatas, karena pada resistor ini yang
dijadikan kode adalah digit-digit angka yang tertera pada resistor ini sendiri.
Untuk membaca nilai Resistor ini
Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI-CO-ME-O-KU-HI-BI-U-A-PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.
Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI-CO-ME-O-KU-HI-BI-U-A-PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.
No.Urut
|
Warna Gelang
|
Singkatan
|
0
|
Hitam
|
HI
|
1
|
Coklat
|
CO
|
2
|
Merah
|
ME
|
3
|
Orange
|
O
|
4
|
Kuning
|
KU
|
5
|
Hijau
|
HI
|
6
|
Biru
|
BI
|
7
|
Ungu
|
U
|
8
|
Abu-abu
|
A
|
9
|
Putih
|
PU
|
Membaca Kode Resistor Keramik
Seperti penjelasan yang
ada diatas, jenis Resistor Keramik ini memiliki kode angka tertentu
Contoh

Kode Toleransi Huruf
J artinya toleransi ± 5 %
K artinya toleransi ± 10 %
M artinya tolerans
J artinya toleransi ± 5 %
K artinya toleransi ± 10 %
M artinya tolerans
1. Pada gambar diatas
Resistor Keramik dengan kode 5W1K5ΩJ
Artinya 5W = Merupakan kemampuan daya pada
resistor tersebut sebesar 5 Watt (biasanya ada yang lebih besar, sekitar
10Watt)
1K5 = Besar Resistansi Sebesar 1500 Ohm atau 1,5 Kilo Ohm
J = Besar Toleransi Resistor ± 5%
1K5 = Besar Resistansi Sebesar 1500 Ohm atau 1,5 Kilo Ohm
J = Besar Toleransi Resistor ± 5%
2. Jika arti angka dan
huruf pada resistor dengan kode 5W2R2ΩJ, maka :
5W = Kemampuan daya resistor besarnya 5 Watt.
2R2 = besarnya resistensi 2,2 Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%.
5W = Kemampuan daya resistor besarnya 5 Watt.
2R2 = besarnya resistensi 2,2 Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%.
3. Jika arti angka dan
huruf pada resistor dengan kode 5WR2ΩJ, maka :
5W = Kemampuan daya resistor besarnya 5 Watt.
R2 = besarnya resistensi 0,2 Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%.
5W = Kemampuan daya resistor besarnya 5 Watt.
R2 = besarnya resistensi 0,2 Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%.
4. Jika arti angka dan
huruf pada resistor dengan kode 10W47ΩJ, maka :
10W = Kemampuan daya resistor besarnya 10 Watt.
47Ω = besarnya resistensi 47Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%
47Ω = besarnya resistensi 47Ω (Ohm)
J = Besarnya toleransi ±5%
Membaca Kode Resistor SMD
Terdapat beberapa macam
Kode Resistor SMD, misalkan ada yang 3 dan 4 Digit dan juga tipe EIA-96
- Resistor SMD 3 Digit


- Resistor SMD 4 Digit

- Resistor SMD tipe EIA-96

Untuk Resistor SMD Tipe
EIA-96 ini, kita harus perhatikan melalui tabel-tabel yang merepresentasikan
nilai dari komponen resistor SMD tersebut.
Salah satu cara untuk mengetahui resistansi
sebuah resistor adalah dengan membaca kode warna
resistor, tetapi jika lebih dari
satu resistor yang saling berhubungan, maka terlebih dahulu harus diketahui
jenis koneksi antar resistor tersebut karena cara menghitung
resistor totalnya
pun berbeda.
Berdasarkan interkoneksinya, rangkaian resistor
terbagi tiga jenis yaitu:
1. Rangkaian Seri (Resistor dihubungkan secara
seri/ berurutan)
2. Rangkaian Paralel (Resistor dihubungkan secara
paralel/ sejajar)
3. Rangkaian Seri-Paralel (gabungan antara seri
dan paralel)
Rangkaian Resistor Seri

Rangkaian Resistor Seri
Pada rangkaian seri, resistor dihubungkan secara berderet
(seri) dan untuk menghitung resistansi total dari gambar di atas adalah dengan
menjumlahkan semua resistor yang ada yakni R1, R2, dan Rn.
RTotal = R1 + R2 + … Rn
RTotal =
Resistansi total
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
Rn = Resistor ke-n
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
Rn = Resistor ke-n
Contoh:
Jika terdapat R1 = 10 Ω, R1 = 20 Ω, dan R3 = 100 Ω kemudian dipasangsecara berderet (seri) maka resistansi totalnya adalah:
RTotal = R1 + R2 + R3
RTotal = 10 Ω + 20 Ω + 100Ω
RTotal = 130 Ω
Jika terdapat R1 = 10 Ω, R1 = 20 Ω, dan R3 = 100 Ω kemudian dipasangsecara berderet (seri) maka resistansi totalnya adalah:
RTotal = R1 + R2 + R3
RTotal = 10 Ω + 20 Ω + 100Ω
RTotal = 130 Ω
Rangkaian Resistor Paralel
Pada rangkaian paralel, semua resitor dihubungkan sejajar
(paralel). Nilai resistansi total pada rangkaian paralel tidak akan melebihi
resistansi dari resistor terkecil pada rangkaian tersebut.

Rangkaian Resistor Paralel
Rumus :

Contoh:
Jika terdapat tiga buah resistor dengan masing-masing nilai R1 = 4 Ω, R2 = 3 Ω, R3 = 8 Ω kemudian dipasang paralel, maka resistansi totalnya adalah sebagai berikut:
Jika terdapat tiga buah resistor dengan masing-masing nilai R1 = 4 Ω, R2 = 3 Ω, R3 = 8 Ω kemudian dipasang paralel, maka resistansi totalnya adalah sebagai berikut:
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 +1/R3
1/RTotal = 1/4 + 1/3 + 1/6
1/RTotal = 3/12 + 4/12 + 2/12
1/RTotal =9/12
RTotal =12/9 atau 4/3
RTotal =1.333 Ω
1/RTotal = 1/4 + 1/3 + 1/6
1/RTotal = 3/12 + 4/12 + 2/12
1/RTotal =9/12
RTotal =12/9 atau 4/3
RTotal =1.333 Ω
Rangkaian Resistor Seri-Paralel
Rangkaian resistor seri-paralel
adalah gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Oleh karena itu
untuk menghitung resistor pada rangkaian seri-paralel harus dipahami dulu
bagaimana resistor-resistor tersebut dihubung. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah penghitungan mana yang akan didahulukan. Pada gambar di bawah yang
didahulukan adalah menghitung bagian paralel yakni R1 dan Rn (R1//Rn) sedang
pada gambar di bawahnya yang didahulukan adalah menghitung bagian seri yakni R1
dan R2 (R1+R2).

Rangkaian Resistor Seri Paralel
Contoh 1:
Jika R1 = 200 Ω, R2 = 50 Ω, dan Rn =50 Ω, maka cara menghitung resistor totalnya adalah sebagai berukut:
RTotal = R1 + (R2//Rn) baca: Resistansi total sama dengan R1 diserikan dengan R2 yang dipalalel dengan Rn. Artinya penghitungan paralel antara R2 dan Rn didahulukan.
Jika R1 = 200 Ω, R2 = 50 Ω, dan Rn =50 Ω, maka cara menghitung resistor totalnya adalah sebagai berukut:
RTotal = R1 + (R2//Rn) baca: Resistansi total sama dengan R1 diserikan dengan R2 yang dipalalel dengan Rn. Artinya penghitungan paralel antara R2 dan Rn didahulukan.
RP = R1//Rn
(tanda “//” artinya paralel, jadi gunakan rumus perhitungan resistor
paralel)
1/RP = 1/R1 + 1/Rn
1/RP = 1/50 + 1/50
1/RP = 2/50
RP = 50/2 = 25 Ω
1/RP = 1/R1 + 1/Rn
1/RP = 1/50 + 1/50
1/RP = 2/50
RP = 50/2 = 25 Ω
Setelah hasil sementara RP diketahui,
selanjutnya jumlahkan (diserikan) dengan R1.
RTotal = R1 + (R2//Rn)
RTotal = R1 + RP
RTotal = 200 + 25
RTotal = 225 Ω
RTotal = R1 + (R2//Rn)
RTotal = R1 + RP
RTotal = 200 + 25
RTotal = 225 Ω

Rangkaian Resistor Seri Paralel
Contoh 2:
Untuk menghitung
resistansi total dari rangkaian seri-paralel di atas, lakukan penghitungan pada
rangkaian seri terlebih dahulu yaitu R1 dan R2, selanjutnya diparalelkan dengan
Rn. Jika pada gambar di atas R1=50 Ω, R2 = 150 Ω, dan Rn =200 Ω,
maka cara menghitung resistortotalnya
adalah sebagi berikut:
RTotal = (R1 +
R2) // Rn) baca: R1 diserikan dengan R2 kemudian diparalel dengan Rn
RS = R1 + R2
RS = 50 + 150
RS = 200 Ω
RS = R1 + R2
RS = 50 + 150
RS = 200 Ω
Setelah hasil sementara Rs diketahui,
selanjutnya paralelkan dengan Rn.
RTotal = (R1 + R2) // Rn
RTotal = RS // Rn
1/RTotal = 1/R1 + 1/Rn
1/RTotal = 1/200 + 1/200
1/RTotal = 2/200
RTotal = 200/2
1/RTotal = 100 Ω
RTotal = (R1 + R2) // Rn
RTotal = RS // Rn
1/RTotal = 1/R1 + 1/Rn
1/RTotal = 1/200 + 1/200
1/RTotal = 2/200
RTotal = 200/2
1/RTotal = 100 Ω
Catatan:
● Agar lebih simpel, pada
perhitungan sengaja saya tidak mencantumkan satuan resistor Ohm (Ω), satuan
hanya saya tulis dihasil akhir perhitungan saja.
● Untuk menghitung resistansi
total, maka satuan setiap resistor yang terhubung harus sama.
● Tanda “+” adalah diseri dan tanda
“//” adalah diparalel
Transformasi dari Rangkaian Delta ke Rangkaian Star

Untuk menghitung rangkaian
resistor komplek kadang-kadang kita menjumpai suatu rangkaian dalam bentuk
Delta, sehingga rangkaian resistor tersebut tidak dapat diselesaikan. Cara
mudah untuk menyelesaikannya yaitu dengan mengubah rangkaian delta menjadi
rangkaian pengganti Star seperti gambar 1 di atas. Berikut proses transformasi
dari rangkaian delta ke rangkaian star.
Perhatikan
titik 1-2 pada gambar 1
Hambatan
titik 1-2 pada rangkaian delta harus sama dengan hambatan pada titik 1-2
rangkaian star sehingga kita dapatkan :
Rp Rr =
Ra // Rb Rc tanda menyatakan seri sedangkan tanda //
menyatakan paralel.
Atau dapat
ditulis :



Eliminasi persamaan 1 dan 2 :

Eliminasi persamaan 4 dengan persamaan 3 :

Subtitusikan hasil ke persamaan 4 :

Subtitusi hasil ke persamaan 2 :

Ringkasan :
Untuk mengubah dari rangkaian delta ke rangkaian
resistor star adalah sebagai berikut :

Gambar 2
Perhatikan gambar 2 :

Catatan : persamaan diatas sangat dipengaruhi oleh
posisi R pada gambar, jika peng-index-an gambar diganti, maka permasaan harus
disesuaikan lagi dengan gambar yang baru.
Tranfromasi dari rangkaian star ke rangkaian delta

Gambar 3 Transformasi dari Star ke Delta
Berikut
cara mencari resistor pengganti untuk transformasi dari rangkaian star ke
delta.
Dari
transformasi delta ke star didapat :

Kemudian
kalikan tiap-tiap R pada rangkaian star :

Kemudian jumlahkan ketiga persamaan (1) (2) dan (3) :

atau :

Maka di dapat :
Untuk
Ra :

Untuk
Rb :

Untuk
Rc :

Ringkasan :
Untuk mengubah dari rangkaian resistor star ke
rangkaian resistor delta dengan memperhatikan gambar dapat dilakukan secara
cepat sebagai berikut :

Referensi
- Elektronika Dasar dan Peripheral Komputer, Sugiri
- Elektronika Dasar dan Peripheral Komputer, Sugiri
- http://id.wikipedia.org/wiki/Potensiometer
- http://www.produksielektronik.com
- resistorguide.com
-
http://www.elektronika123.com/cara-menghitung-resistor/
- http://djukarna.wordpress.com/2013/10/10/transformasi-rangkaian-delta-ke-star-dan-sebaliknya/
- http://djukarna.wordpress.com/2013/10/10/transformasi-rangkaian-delta-ke-star-dan-sebaliknya/
oke mni
BalasHapussolder uap portable